Berebut ‘Kue Proyek’ Penunjukkan Langsung

Sumbar.Infosatelitnews.com–Musim proyek telah tiba.

Dana APBD untuk pembangunan infrastruktur sudah dikucurkan di kabupaten/kota maupun Pemrov Sumbar.

Lelangpun dilaksanakan. Banyak ‘kue’ proyek tak sebanding dengan jumlah rekanan.

Mainkan kolega dan berkedok dana Pokok Pikiran (Porkir), dilakukan untuk memenangkan tender.

Lain lagi dengan ‘ kue’ Penunjukkan Langsung. Ini menjadi rebutan tim sukses kepala daerah dan anggota dewan.

Meski nilainya cuma Rp100 juta sampai Rp200 juta untuk pengadaan barang dan jasa konstruksi, tapi nikmati untuk didapatkan.

Tanpa proses lelang, tanpa biaya untuk tender. Hanya didapatkan berdasarkan kedekatan dengan kepala daerah dan anggota dewan.

Ujung ujungnya rekanan yang mendapat ‘kue’ penunjukkan langsung juga memberikan fee kepada yang bersangkutan.

Penulis tak bercerita tentang syarat dan tata kelola penunjukkan langsung berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018. Sebab, terlalu panjang dikupas.

Hanya menceritakan realita yang terjadi perebutan ‘kue’ penunjukkan langsung ini.

Karena diskriminasi dan intiminasi sangat kental pada ‘kue’ penunjukkan langsung ini. Pasalnya, rekanan yang bisa mendapatkan proyek ini, disamping tim sukses, juga orang yang dekat dengan anggota dewan dan kepala daerah.

Menariknya, jumlah tim sukses tak sepadan dengan ‘kue’ PL. Alhasil, terjadi keributan, pertengkaran antara tim sukses.

Tidak saja tim sukses ring 1, relawan, tukang hoyak yang mengaku tim sukses, juga berminat mendapatkan ‘kue’ PL. Masuk ke instansi atau dinas tanpa disposisi menjual nama kepala daerah dan anggota dewan.

Bagi yang mendapat disposisi, tentu lebih aman. Cuma disposisi yang keluar tak sebanding ‘kue’ PL. Ujung ujungnya juga terjadi keributan. Kepala Dinas yang berkaitan dengan ‘kue’ PL jadi kalimpasingan.

Walau sudah dapat ‘kue’ PL berdasarkan rekomendasi dan disposisi, rekanan belum juga aman. Sebab, harus mengeluarkan fee untuk orang yang memberi ‘kue’ PL. Fee itu, tergantung kepada jenis pekerjaan.

Biasanya, fee untuk PL irigasi, drainase lebih tinggi dibanding bangunan atau jalan lingkung.

Belum lagi untuk orang dalam demi memuluskan pencairan dan administrasi pekerjaan.

Sekali lagi, jumlah ‘kue’ PL tak sebanding dengan banyak tim sukses. Bagi yang tak dapat jatah taburangsang dan balik menyerang. Bahkan, ikut mengungkit dan mencari kesalahan rekanan yang dapat ‘kue’ PL. Merekapun ribut dengan bahasa pelampiasan amarah. Ganja batu dan ganja kayu jadi perbandingan. Ganja batu, mobil selesai diperbaiki, batu dibuang.

Ganja kayu, mobil selesai diperbaiki, tetap dibawa kemana mobil pergi. Hasmi

Sumber Novri Hendri

Share:

Array

Komentar:

Berita Lainnya